Jumat, 23 Juli 2010

Pembahasan Mengenai Gunung dalam Al quran

Secara eksplisit, kitab suci al Quran menyebut kata gunung, baik jamak ataupun tunggal sebanyak 39 kali. Dan secara jelas diartikan sebagai stabilisator lapisan kulit bumi sebanyak dalam 10 pernyataan lainnya. Ada ayat-ayat yang secara metaforis menekankan pada massa gunung, ketinggian, dan sifat pasif dan padatnya. Seperti berikut:

Dan sesungguhnya mereka telah membuat makar yang besar padahal di sisi Allah-lah balasan makar mereka itu. Dan sesungguhnya makar mereka itu amat besar sehingga gunung-gunung dapat lenyap karenanya. (QS. Ibrahim: 46)

Dan janganlah kamu berjalan di muka bumi ini dengan sombong, karena sesungguhnya kamu sekali-kali tidak dapat menembus bumi dan sekali-kali kamu tidak akan sampai setinggi gunung. (QS. Al Israa': 37)

hampir-hampir langit pecah karena ucapan itu, dan bumi belah, dan gunung-gunung runtuh, (QS. Maryam: 90)

Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh, (QS. Al Ahzab: 72)

Kalau sekiranya Kami turunkan Al-Quran ini kepada sebuah gunung, pasti kamu akan melihatnya tunduk terpecah belah disebabkan ketakutannya kepada Allah. Dan perumpamaan-perumpamaan itu Kami buat untuk manusia supaya mereka berfikir. (QS. Al Hasyr: 21)

Dari beberapa kutipan ayat di atas, kita melihat bahwa gunung banyak kali dijadikan sebagai obyek perumpamaan untuk menjelaskan wahyu Allah azza wa jalla kepada manusia. Maka, hendaklah bagi umat manusia yang mempelajari gunung, tidak hanya memahami hakikat fisik dari gunung itu sendiri, tapi juga memahami hikmah dari aspek spiritual dari diciptakannya gunung.

Ilmu geologi mempelajari bagian padat bumi, mulai dari permukaan sampai sekitar beberapa kilometer ke bawah. Gunung, dalam pandangan ilmu geologi dianggap sebagai obyek yang paling komplet utnuk mempelajari berbagi macam proses alamiah bumi dalam satu tempat. Dari gunung, utamanya gunung api, seorang yang belajar geologi dapat menemukan konsep geologi mulai dari aspek mineralogi (di gunung api-lah batuan beku banyak ditemukan), tektonik lempeng (gunung api terbentuk di batas-batas lempeng tektonik), sejarah bumi (punggungan dasar samudera merekam bukti pembalikan medan magnet bumi), dan prinsip kestabilan kulit bumi (prinsip isostasi).

Menurut Zaghlul Raghib Muhammad al Najjar, dalam 12 pernyataan berbeda, kitab suci al Qur’an (yang pada dasarnya merupakan buku petunjuk) menguraikan konsep geologi dasar gunung sebagai berikut:

1. bahwa gunung tidak saja merupakan peninggian yang terlihat pada permukaan bumi, tetapi perpanjangannya ke bawah di dalam lapisan kulit bumi (dalam bentuk tiang pancang atau pasak) sangatlah ditekankan.

Bukankah Kami telah menjadikan bumi itu sebagai hamparan?, dan gunung-gunung sebagai pasak?, (QS. An Naba': 6-7)

2. dalam 10 ayat lainnya kitab suci al Quran menekankan peranan gunung sebagai stabilsator permukaan luar bumi (atau lapisan kulit).

Dan Kami telah menghamparkan bumi dan menjadikan padanya gunung-gunung dan Kami tumbuhkan padanya segala sesuatu menurut ukuran. (QS. Al Hijr: 19)

Dan dalam ayat-ayat lain (13:3; 16:15; 21:31; 27:61; 31:10; 41:10; 50:7; 77:25-27; 79:30-33)

Untuk menegaskan fungsi gunung sebagai stabilisator bumi, Nabi Muhammad shallallahu’alaihi wasallam telah bersabda:

“Ketika Allah menciptakan bumi, permukaannya mulai bergerak dan bergoyang, kemudian Allah menstabilkannya dengan gunung-gunung.” (Hadits Shahih riwayat Ahmad/124)

3. pada ayat ke-12 dari kelompok ini, kitab suci al Quran menyuruh manusia agar merenungkan seluruh fenomena yang Allah ciptakan, termasuk bagaimana gunung disusun. Pemikiran tersebut telah mengantarkan pada konsep isostasi yang menjelaskan gunung dapat berdiri di permukaan bumi.

Maka apakah mereka tidak memperhatikan unta bagaimana dia diciptakan, Dan langit, bagaimana ia ditinggikan? Dan gunung-gunung bagaimana ia ditegakkan? Dan bumi bagaimana ia dihamparkan? (QS. Al Ghaasyiyah: 17-20)

4. dalam pernyataan lain, al Quran melukiskan gunung terdiri dari garis-garis putih dan merah yang beraneka ragam dan ada pula yang hitam pekat.

Tidakkah kamu melihat bahwasanya Allah menurunkan hujan dari langit lalu Kami hasilkan dengan hujan itu buah-buahan yang beraneka macam jenisnya. Dan di antara gunung-gunung itu ada garis-garis putih dan merah yang beraneka macam warnanya dan ada pula yang hitam pekat. Dan demikian pula di antara manusia, binatang-binatang melata dan binatang-binatang ternak ada yang bermacam-macam warnanya dan jenisnya. Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Pengampun. (QS. Faathir: 27-28)

Ini barangkali merujuk pada gunung api kontinental, yang sebagian besar terdiri dari batuan granit dan andesit yang dominan bercorak merah dan putih abu-abu. Maupun gunung api di punggungan dasar samudera yang dominan tersusun oleh batuan basltik yang berwarna gelap. Masing-masing jenis gunung ini memiliki kekhasan dalam susunan mineraloginya, demikian pula asal usul spesifiknya.

5. dalam kelompok terakhir ayat ini, al Quran menggarisbawahi, bahwa gunung bukan suatu tubuh yang diam, tapi juga ikut bergerak mengikuti dinamika bumi yang dikendalikan oleh mekanisme tektonik lempeng.

Dan kamu lihat gunung-gunung itu, kamu sangka dia tetap di tempatnya, padahal ia berjalan sebagai jalannya awan. Begitulah perbuatan Allah yang membuat dengan kokoh tiap-tiap sesuatu; sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS. An Naml: 88).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

be responsible with your comment....