Jumat, 26 Juni 2015

Masalah buat lu?

Anda pernah merasa lapar? Apa yang Anda lakukan untuk menyelesaikan masalah lapar? Apakah Anda makan? Setelah makan apakah masalah selesai? Pernah merasa mules setelah makan? Apakah Anda ke kamar kecil ketika mules? Apakah masalah Anda selesai? Anda masih punya masalah? Anda harus istinja.. dst.

Saya cuma ingin memastikan bahwa kita pasti akan menghadapi masalah, kapanpun itu. Begitu selesai masalah satu, akan siap menanti masalah yang lain. Dan begitu juga dengan orang lain. Mulai dari masalah yang kecil-kecil, sampai masalah yang kayaknya nggak bakal selesai diurusin tujuh turunan. Mulai dari masalah atap bocor, ban bocor, ember bocor, sampai dompet bocor. Mulai dari masalah yang sifatnya materi sampai yang sifat imaterial.
Tapi jangan khawatir, seperti yang saya bilang tadi, semua orang punya masalah. Jadi kalau lagi pusing mikirin masalah pribadi, maka yakinlah orang lain pun sama. Dan normalnya memang begitu. Jadi, dibawa asik aja bro.

Masalah merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia. Sejak zaman Nabi Adam diturunkan di bumi, manusia selalu diliputi oleh masalah. Dan masalah inilah menjadi penyebab primer kegalauan. Kalian tau tidak apa yang menjadi masalah pertama Nabi Adam ketika diturunkan di Bumi? Masalah pertama Nabi Adam waktu itu ialah bagaimana agar Allah menerima taubatnya. Terus masalah keduanya apa? Bagaimana agar ia berkumpul kembali dengan istrinya Siti Hawa. Jadi buat kalian yang belum menemukan tambatan hati, percayalah kalian sebenarnya sama sekali belum menyelesaikan lebih dari 2 masalah dasar hidup manusia. hehe.

Selama manusia masih bekerja akal pikirannya, maka dia pasti akan menemukan masalah-masalah dan yang pasti membutuhkan solusi agar masalah-masalah itu lepas dari pikirannya. Misalkan saja mahasiswa. Dulu sewaktu ia masih SMA, dia menemukan dirinya punya banyak masalah. Masalah pelajaran lah, harus masuk pagi tiap hari, harus ngerjain tugas, harus ikut ulangan harian, nyiapin ujian nasional, dan tetek bengeknya. Dia kemudian berpikir kalau dia kuliah, mungkin masalahnya akan berkurang. Dan ternyata yang didapatinya bukan sebaliknya. Masalahnya ternyata tambah banyak. Ternyata kuliah jauh lebih susah. Tugas makin menumpuk, ketemu dosen yang killer, belum lagi ujian gak lulus-lulus. Pokoknya hari-harinya tidak lebih baik dibanding sewaktu dia SMA. Ternyata dia menemukan masalah-masalah baru. Enak kan, tiap hari ditemenin sama masalah.

Don’t worry, seperti saya bilang tadi, ente gak sendiri. Semua orang punya masalah. Dan bahkan masih banyak yang punya masalah yang jauh lebih parah daripada kita-kita yang mahasiswa ini. Gak percaya? Saya sarankan cobalah sesekali pergi ke pasar, dan lihatlah bagaimana orang-orang disana berkumpul, saling tawar menawar, ada yg dikerumuni pembeli, ada yg tidak terlalu ramai, tapi pembeli yang datang konstan, dan ada juga yg dalam tempo 1 jam syukur-syukur kalau ada yang datang menanyakan harga.

Begitulah, masalah tiap orang berbeda-beda, begitu pula level kesulitannya. Maka patutlah kita bersyukur atas segala kelebihan dan juga kekurangan yang kita miliki, sambil tidak lupa untuk terus berusaha membantu menyelesaikan permasalahan orang-orang di sekitar kita, semampu diri kita, sesuai dengan kelebihan kita. Jika kita sebagai mahasiswa yang kere namun mempunyai kelebihan dalam bidang intelejensi, maka gunakanlah itu untuk menyelesaikan masalah mereka. “tapi kan, masalah saya sendiri juga belum beres..?”
Islam yang teramat indah mengajarkan kepada seluruh umatnya untuk saling membantu menyelesaikan kesulitan saudaranya sesama muslim.

Dari Abu Hurairah Radhiallahuanhu, dari Rasulullah Shallallahu ’Alaihi wasallam bersabda: Siapa yang membantu menyelesaikan kesulitan seorang mukmin dari sebuah kesulitan di antara berbagai kesulitan-kesulitan dunia, niscaya Allah akan memudahkan salah satu kesulitan di antara berbagai kesulitannya pada hari kiamat. Dan siapa yang memudahkan orang yang sedang kesulitan niscaya akan Allah mudahkan baginya di dunia dan akhirat dan siapa yang menutupi (aib) seorang muslim Allah akan tutupkan aibnya di dunia dan akhirat. Allah akan selalu menolong hambaNya selama hambaNya itu menolong saudaranya. Siapa yang menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka akan Allah mudahkan baginya jalan ke surga. Tidaklah sebuah kaum yang berkumpul di salah satu rumah-rumah Allah (maksudnya masjid, pen) dalam rangka membaca kitab Allah dan mempelajarinya di antara mereka, melainkan niscaya akan diturunkan kepada mereka ketenangan dan dilimpahkan kepada mereka rahmat, dan mereka dikelilingi para malaikat serta Allah sebut-sebut mereka kepada makhluk yang ada di sisiNya. Dan siapa yang lambat amalnya, hal itu tidak akan dipercepat oleh nasabnya.” (HR. Muslim No. 2699, At Tirmidzi No. 1425, Abu Daud No. 1455, 4946, Ibnu Majah No. 225, Ahmad No. 7427, Al Baihaqi No. 1695, 11250, Ibnu ‘Asakir No. 696, Al Baghawi No. 130, Ibnu Hibban No. 84)

Dan bahkan dalam sebuah perkataan yang sebagian orang menganggapnya hadits, namun menurut para ahli hadits termasuk ke dalam derajat dhaif hingga palsu, dinyatakan:
Barang siapa yang pada pagi harinya hasrat dunianya lebih besar maka itu tidak ada apa-apanya di sisi Allah, dan barang siapa yang tidak takut kepada Allah maka itu tidak ada apa-apanya di sisi Allah, dan barang siapa yang tidak perhatian dengan urusan kaum muslimin semuanya maka dia bukan golongan mereka.”

Terus, bagaimana dengan pertanyaan si kawan yang katanya masalah diri sendirinya saja belum beres? Ya, maka disinilah perlunya prioritas masalah. Lagi-lagi, Islam yang teramat agung telah memberikan tips n trik yang yahud buat masalah ini. Kita diberikan 5 skala prioritas yang dapat memudahkan kita mana yang harus terlebih dahulu kita urusi dan beresi. Skala yang tertinggi itu berlabel wajib, kemudian sunnah, diikuti mubah, kemudian makruh, dan yang paling tidak perlu diurusi adalah masalah yang berlabel haram.

Nah, jadi kalo kalian nemuin masalah, sesuatu yang dianggap masalah, maka hal pertama yang harus kalian lakukan adalah menempatkan masalah tersebut dalam tabel skala prioritas yang lima itu. Kalo termasuk ke dalam hal yang wajib, maka harus segera dilakukan. Jika masuk di skala mubah, maka mungkin bisa ditunda dulu.

Dengan begini tentu tidak ada lagi kebingungan ketika harus memutuskan apakah harus gelisah dengan kaus kaki bolong atau mencari solusi untuk anggaran Negara yang selalu bolong. Atau ketika akan memutuskan apakah harus galau dengan jerawat yang seakan-akan segede gajah di pucuk hidung, atau galau dengan tubuh umat Islam yang segede gajah tapi tidak bisa apa-apa.
 
Terakhir, ketepatan kalian menempatkan setiap masalah dalam skala prioritas ini menunjukkan seberapa tinggi intelejensia kalian. Dan jika kalian sudah mampu menempatkan sendiri setiap masalah pada tempatnya, maka kalian setara dengan para mujtahid, kalian selevel dengan Imam Syafi’I, Imam Hanafi, Imam Malik, dan mujtahid-mujtahid yang lain. Wallahu a’lam bishshawab.

Membentuk Mahasiswa Ideologis

Sebelum kita membahas topik ini lebih jauh lagi saya akan memberikan data dan fakta berikut:
  • 158 kepala daerah tersangkut korupsi sepanjang 2004-2011
  • 42 anggota DPR terseret korupsi pada kurun waktu 2008-2011
  • 30 anggota DPR periode 1999-2004 terlibat kasus suap pemilihan DGS BI
  • Kasus korupsi terjadi diberbagai lembaga seperti KPU,KY, KPPU, Ditjen Pajak, BI, dan BKPM
Sumber : Litbang Kompas

Kini setelah membaca fakta diatas, apa yang ada dipikran anda? Pendidikan karakter, sekarang ini mutlak diperlukan bukan hanya di sekolah saja, tapi dirumah dan di lingkungan sosial. Bahkan sekarang ini peserta pendidikan karakter bukan lagi anak usia dini hingga remaja, tetapi juga usia dewasa. Mutlak perlu untuk kelangsungan hidup Bangsa ini.
Dengan melihat data-data di atas, ditambah dengan fakta yang teramati di lapangan, kita semakin yakin bahwa bangsa kita sangat jauh dari dari sukses dalam pembinaan karakter. Atau bisa dibilang proses pendidikan karakternya tidak mencapai tujuan sebagaimana yang dicita-citakan oleh pemerintah.

Dalam lingkup KM-ITB, di dalam Rancangan Umum Kaderisasi-nya dinyatakan bahwa proses pendidikan seharusnya memperkaya pemahaman, inspiratif, dan membangun karakter. Bahkan seorang alumni mahasiswa ITB diharapkan mencapai kondisi sadar akan kewajiban memahami realitas bangsa. Menjadi insan terpelajar, insan pendidikan, intelektual, dan cendekiawan dalam sebuah masyarakat. Memiliki daya kritis, objektif, dan multi-disiplin. Mampu menerjemahkan realitas berdasarkan paradigma yang benar. Memiliki kemampuan untuk menerjemahkan realitas dengan kritis dan objektif. Serta memahami potensi kehidupan dalam tatanan hidup bernegara.

Sungguh suatu cita-cita yang sangat mulia. Bagaimanakah cara mencapai parameter-parameter tersebut? Apakah mungkin?

Pembentukan pribadi islami

Dengan tegas saya katakan, mungkin! Islam memberikan suatu solusi yang tepat, praktis, sistematis, dan sistemis. Namun sebelumnya kita harus memahami terlebih dahulu terkait manusia, hakikat manusia.

Manusia semenjak lahir di dunia dibekali dengan 3 potensi kehidupan, yang membuat manusia tetap bisa bertahan hingga saat ini, membuat manusia terus berkembang dari masa ke masa. Yaitu: (1) kebutuhan jasmani; (2) naluri, termasuk juga naluri bertahan hidup, seksualitas, dan beragama; dan (3) akal.

3 hal inilah yang menjadi dasar perbuatan manusia. Seorang lelaki bekerja untuk mencari penghasilan agar bisa bertahan hidup, memenuhi kebutuhan jasmaninya, serta untuk menafkahi keluarganya dalam rangka beribadah. Ketiga potensi kehidupan tersebut dipenuhi oleh seorang manusia berdasarkan standar kebenaran yang dipahaminya. Misalnya, seorang manusia yang mengambil Islam sebagai standar kebenaran, akan memenuhi naluri beragamanya dengan meng-Esa-kan Allah SWT, menegakkan shalat, berpuasa, dan menjalankan semua perintah dan menjauh segala larangan Allah SWT. Maka dari itu penting adanya suatu standar kebenaran bagi manusia, atau kita sebut sebagai ideologi.

Keterpahaman manusia pada ideologi inilah yang akan menghasilkan suatu pola pikir. Jika Islam sebagai standar kebenarannya, maka ia memiliki pola pikir Islami. Namun, dalam menghasilkan kepribadian Islami tidak cukup hanya dengan memiliki pola pikir. Ada satu hal lagi yang harus dimiliki, yakni pola sikap Islami. Pola sikap Islami adalah kecenderungan dalam diri manusia untuk mengambil suatu tindakan, yang didasari oleh Islam. Misalnya, seorang wanita yang pola sikap Islami, akan merasa risih keluar rumah apabila ia tidak mengenakan pakaian yang syar’I (berkerudung dan berjilbab), dan merasa nyaman jika ia menutup auratnya dengan sempurna. Pola sikap ini tidak dapat tertanam  apabila tidak dilakukan. Sehingga satu-satunya cara untuk membentuk pola sikap ini yaitu dengan pembiasaan. 

Mahasiswa ideologis 

Harus dipahami bahwa membentuk karakter dan kepribadian tidak sama dengan memberikan pengajaran layaknya di kelas. Dalam membentuk pola pikir Islami harus melalui proses dialog antara pembina dan yang dibina, harus ada interaksi yang intensif, agar pemahaman tertanam kokoh di dalam diri mahasiswa yang dibina. Penyampaian materi haruslah disertai dengan argumen-argumen yang kuat, menyentuh perasaan, serta mengoreksi pemahaman-pemahaman salah yang sudah dipahami terlebih dahulu oleh mahasiswa yang dibina. Sehingga akan terjadi rekonstruksi pemahaman yang baru yang kuat, menghujam di dalam sanubari, dan teruji kebenarannya baik secara rasional maupun ilmiah.

Sementara penanaman pola sikap Islami dilakukan dengan pembiasaan. Yang mana kebiasaan ini dapat dihasilkan apabila ada latihan sebagai percobaan permulaan dan pengulangan hingga menjadi kebiasaan. Pembiasaan dapat dilakukan dengan aplikasi langsung di dalam kehidupan riil maupun, simulasi-simulasi praktis, serta dengan memunculkan budaya-budaya kampus yang mendukung terbentuknya pola sikap yang Islami.
Selain itu, dengan menyadari besarnya potensi intelektual yang dimiliki oleh mahasiswa ITB, maka potensi kehidupan ketiga (akal) juga harus dibina. Dengan cara melatih kemampuan berpikir mahasiswa, menghubungkan antara fakta dan informasi (termasuk juga ideologi), dan kemudian melakukan analisis dan menghasilkan kesimpulan terkait fakta yang dihadapi.

Sebagaimana telah disebutkan di atas, dalam membentuk kepribadian dibutuhkan interaksi yang intens, pengontrolan yang ketat terkait pemahaman dan aktivitas yang dilakukan oleh mahasiswa yang dibina. Sehingga, metode mentoring dianggap paling cocok untuk mengakomodasi tujuan-tujuan kaderisasi ini. Dengan peran mentor yang bertanggungjawab terhadap mentee-nya, hingga pemahaman dan kebiasaan Islami terbentuk, maka bisa dikatakan pendidikan karakter dan kepribadian Islam telah berhasil dilaksanakan.

Alumni Impian 

Konsep kaderisasi seperti ini diharapkan dapat menciptakan kaderisasi yang benar. Menciptakan mahasiswa yang memiliki ideologi yang kokoh, memiliki mentalitas juara, dan memiliki inovasi yang cemerlang. Sehingga alumni yang dihasilkan merupakan alumni yang bervisi besar dan dapat berkontribusi secara total untuk peradaban Islam di bawah Khilafah Islamiyah, semata-mata karena mencari ridha Allah SWT.

CERDAS MENYIKAPI TRAGEDI CHARLIE HEBDO

Belum genap sepekan umur 2015, Paris berubah menjadi mencekam setelah 2 orang tak dikenal menyerang kantor majalah satir Charlie Hebdo. Pelaku akhirnya ditembak tewas oleh polisi setempat dalam sebuah aksi pengepungan. Aksi ini sontak memicu reaksi keras dari masyarakat Paris. Hari ahad 11/1 lebih dari sejuta orang ke jalanan di kota Paris, menyuarakan solidaritas dan sekaligus menentang penyerangan terhadap kantor charlie hebdo. Mereka mengusung poster bertuliskan “Je Suis Charlie”. Tidak mau ketinggalan, tokoh dan pemimpin negara ikut ambil bagian dalam aksi solidaritas itu.

Jika kita mau mengamati secara objektif, tragedi ini tidak boleh dipandang sebagai peristiwa yang berdiri sendiri. Diduga serangan ini dilatarbelakangi aksi provokasi berupa penistaan Islam dan Nabi Muhammad oleh majalah Charlie Hebdo. Sebagaimana diketahui sejak 2007 Charlie Hebdo rutin merilis karikatur penistaan yang memojokkan nabi muhammad dan Islam.

Penolakan dan penentangan terhadap aksi penistaan Charlie Hebdo tidak sekali dua kali dilakukan. Namun aksi penolakan tersebut bukannya digubris oleh pihak majalah Charlie Hebdo, malah justru mendapatkan dukungan politis dari presiden perancis. Nicholas Sarkozy pada 2007 mengklaim tindakan charlie hebdo merilis karikatur nabi muhammad sebagai wujud kebebasan berekspresi yang harus dilindungi oleh negara. Namun anehnya di satu sisi, wujud protes kaum muslim yang merasa terhina dan terusik dengan karikatur tersebut sama sekali tidak ditanggapi secara positif dan tidak diakomodasi. Bukankah ini merupakan sikap yang berat sebelah dan menunjukkan bahwa doktrin kebebasan berekspresi hanya berlaku bagi kelompok tertentu? Fakta ini pun semakin menguatkan betapa utopisnya cita-cita dari demokrasi yang katanya dapat mengakomodir setiap kelompok, karena pada kenyataannya demokrasi hanya menjadi dalih jika kelompok tertentu teraniaya, sementara sebaliknya jika kelompok yang berseberangan teraniaya maka demokrasi pun seakan tak pernah ada di muka bumi.

Sebagian beropini, ekses dari tragedi ini bisa dibilang justru semakin menyulitkan posisi umat Islam. Serangan terhadap kantor berita Charlie Hebdo jelas tidak bisa menyelesaikan masalah. Serangan itu juga jelas berdampak negatif bagi orang-orang eropa non-muslim, bisa menjauhkan mereka dari usaha mengenal Islam. Serangan itu juga mendatangkan dampak negatif dan kesulitan tersendiri bagi generasi muslim di Eropa. Islamophobia pasca serangan itu terlihat meningkat di Eropa. Di Perancis dan beberapa negara Eropa lainnya, serangan dan pelecehan terhadap masjid dan fasilitas Islam lainnya dikabarkan meningkat. Beberapa masjid yang berada di Perancis menjadi sasaran penyerangan sejumlah kelompok. Kaum muslimah berjilbab di Belgia merasa takut keluar rumah. Mereka khawatir mendapat serangan di jalan.

Jika dikaji lebih jauh, lahirnya tragedi charlie hebdo tidak lepas dari adanya ketidakadilan terhadap kaum minoritas, dalam hal ini Islam, di Eropa. Berkali-kali umat Islam dihina, namun tidak sekalipun kebijakan politik setempat, begitu pula pemimpin negeri-negeri muslim, mendukung mereka. Sehingga muncullah ide untuk melakukan upaya pembelaan diri. Alih-alih melakukan tindakan yang solutif dan komprehensif, sekelompok orang malah menggunakan cara-cara kekerasan yang didorong oleh rasa amarah yang mendalam namun diikuti oleh dampak negatif yang tidak sepele.

Dalam sejarah perjalanan penyebaran Islam tindakan serupa pun pernah terjadi. Di antaranya kisah Sa’ad bin Abi Waqqash yang membunuh orang kafir karena mencoba mengganggunya ketika sedang menjalankan shalat, dan nabi pun mendiamkan. Begitu pula ketika munculnya gerakan nabi palsu selepas wafatnya Rasulullah SAW. Ketika itu khalifah Abu Bakar Ash Shiddiq RA mengambil kebijakan untuk memerangi gerakan tersebut hingga akar-akarnya.

Dan yang paling terbaru adalah ketika kekhilafahan Utsmani masih tegak. Sekalipun kondisi internal kekhilafahan pada saat itu compang-camping, namun posisi politik khilafah masih disegani bahkan hingga eropa. Terbukti ketika di salah satu kota di inggris berencana menyelenggarakan suatu pementasan yang menistakan Islam, Khalifah Abdul Hamid II mengambil sikap dengan mengeluarkan ultimatum kepada kerajaan Inggris. Akibat ultimatum tersebut, Ratu Inggris sendiri pun ikut melarang penyelenggaraan pementasan tersebut. Dari beberapa cuplikan sejarah tersebut kita dapat melihat dengan jelas bahwa keberadaan suatu institusi dan pemimpin yang betul-betul melindungi Islam dapat menjadi perisai yang paling kuat terhadap penistaan Islam. Bahkan jika posisi politik dan harga diri Islam berada pada posisi yang kuat, tanpa perlu tindakan fisik, hal-hal yang berkaitan dengan penistaan Islam pun dapat lenyap, bahkan dengan kondisi yang compang-camping pun utsmani masih bisa. Atau bisa dibilang tidak mungkin terjadi tragedi Charlie Hebdo apabila umat Islam mau bersatu dibawah pemimpin yang nyata menjadi pelindung umat Islam. Atau bisa dibilang solusi cerdas atas banyaknya penistaan terhadap Islam (Charlie Hebdo, JIL, Ahmadiyah, dll) adalah dengan bersatu di bawah panji Islam dan mengangkat pemimpin yang bisa meninggikan martabat umat Islam di mata dunia, dan menjadi sebab turunnya keberkahan bagi seluruh umat Islam dunia dan akhirat.