Minggu, 26 Juli 2015

Nanjak

Hey Kamu, Bagaimana kabarmu?

Maaf ya, saya kurang bisa berbasa basi. Tapi saya tetap pengen ngobrol. InsyaAllah bukan obrolan sampah. mudah-mudahan kamu juga bisa mengambil manfaat dari obrolan ini. Ini terkait masa depan, bukan masa lalu. Ini tentang semangat yang tidak pernah mati. Ini tentang perjuangan.

Beberapa hari yang lalu, tepatnya ketika H-2 Idul Fitri. Bertempat di jok pesawat produk pabrikan Boeing, teman yang sudah saya kenal baik sejak SMA itu berkata, "Hidupnya anak muda itu harus menanjak.." saya tidak begitu ingat redaksi selanjutnya. Tapi intinya, bahwa jangan pernah takut menghadapi tantangan baru, apalagi meninggalkannya.

Sebuah analogi yang sederhana namun sangat pas. Kalau kamu pernah hiking atau naik gunung, pasti sangat paham bahwa jalan menanjak akan mengubah segalanya dengan cepat. Kondisi tubuh yang segar akan menjadi seketika lemas hanya dalam beberapa langkah dalam tanjakan.

Ketika menghadapi sebuah tanjakan, maka pikiran yang terlintas biasanya ada 2: berhenti dan minum sebanyak-banyaknya untuk menghilangkan dahaga atau bahkan pulang dan membatalkan rute yang sudah direncanakan. Begitu pula ketika menghadapi tantangan dalam hidup. Ketika rasa lelah dan kesabaran makin menipis, maka godaan yang datang adalah, istirahat lebih lama ditambah refreshing yang lebih banyak, atau selesaikan dengan cara pengecut, tinggalkan tantangan tersebut, dan cari tantangan lain yang lebih mudah.

Tidak ada yang salah di antara 3 pilihan tersebut, terus menanjak, berleha-leha dan memperbanyak istirahat, atau pulang ke basecamp sambil merencanakan hal lain yang lebih mudah. Namun tentu konsekuensi yang kita terima pastilah berbeda. Bagi si tukang leha-leha, dia akan tetap sampai ke puncak tapi kondisi yang sudah malam. Dia akan melalui tanjakan dengan mudah dan berenergi, namun dia tidak mendapat apa-apa di atas sana. Bagi yang pulang meninggalkan tanjakan ia akan menikmati kenyamanan di basecamp. Aman nyaman tanpa tantangan dan tentu tanpa capaian hari itu. Dan bagi si penanjak, maka ia akan mendapatkan pemandangan yang indah dari elevasi yang tinggi, udara yang lebih sejuk, dan yang terpenting ia mendapatkan rasa percaya diri untuk melalui jalan yang lebih curam terlebih lagi jalan yang lebih landai.

Itulah 3 jenis karakter yang mungkin tercipta ketika aku, kamu, dan kita menghadapi sebuah tanjakan. Mari berdoa dan saling menguatkan agar kita tetap menjadi seorang penanjak sejati, yang tidak gentar menghadapi tanjakan. Yang tidak tenang jika menjadi tukang berleha-leha, apalagi menjadi orang-orang yang pulang.

Inilah yang ingin kusampaikan padamu, seperti yang kubilang, aku tak bisa berbasa basi dan berpanjang lebar. Tapi yakinlah ini dari hatiku, untukmu. Semoga Allah meridhai kita. Semoga cinta Allah selalu bersama kita.