Minggu, 28 Juli 2013

"yang dipilih, dipilih, dipilih ..."

Jika kita mengamati kehidupan manusia, dan kemudian bertanya, "apakah kehidupan manusia sulit?". Cara menjawabnya, amati kembali kehidupan manusia. Lebih mudah berkacalah dari diri Anda sendiri. Pada waktu masih SD, hari Senin adalah hari yang sangat tidak menyenangkan.

Sebab ia ibarat pemutus kenikmatan, yang sebelumnya kita nikmati di hari Ahad dengan bersantai, nonton film kartun, tidur-tiduran. Pada hari senin, kita harus kembali berdingin-dingin mandi di pagi hari, kemudian sarapan, berangkat ke sekolah, dan duduk di kelas hingga tengah hari.

Sehingga, impian bagi anak SD ialah lulus SD secepatnya, karena mereka menganggap masa SD adalah siksaan, dan masa SMP mereka akan lebih bahagia. Tapi apakah benar mereka bahagia ketika masuk SMP? Ternyata malah tambah berat. Pelajarannya makin tinggi, guru-gurunya makin serius, mata pelajarannya makin banyak.

Kemudian anak SMP kembali bermimpi, masa SMA tentu akan lebih bahagia, karena masa SMA merupakan masa yang paling indah, seperti di film-film remaja. Ternyata setelah masuk SMA, masa SMA jauh lebih menderita lagi. Bahkan tidak satupun prestasi yang bisa diraih ketika SMA, karena saking beratnya.

Begitu seterusnya, ketika memasuki perguruan tinggi. Dengan harapan bisa lebih bebas, ternyata memang benar, waktu untuk kuliah hanya sedikit saja, namun kebanyakan waktu luang tersita untuk mengerjakan tugas kuliah.

http://www.scientificamerican.com/media/inline/D281F570-E7F2-99DF-375B63CA15AA452E_1.jpg

Begitulah kehidupan, selalu saja menjadi terasa sulit. Dari satu jenjang ke jenjang yang lain. Itulah yang diajarkan oleh seorang kuli jika kita mengamatinya. Ia rela mengangkut berton-ton beban dalam sehari, untuk mendapatkan sekadar 40-50 ribu perhari yang mungkin tidak pernah cukup untuk kehidupannya sehari-hari dengan keluarganya.

Begitu pula yang diajarkan oleh anak-anak ojek payung, yang setia menunggu hujan turun dan kemudian menyewakan payungnya dengan harga 3000-5000. Dia rela berhujan-hujan, demi memperoleh sekitar 30.000 perhari, meski dengan resiko terkena demam yang mungkin biaya berobatnya mencapai 50.000.

Di dekat tempat tinggal saya, sedang dibangun apartemen 20 lantai. Pekerjaan ini membutuhkan banyak tenaga kerja, khususnya di bagian pekerjaan kasar, mengecor, menyambungkan kabel-kabel, dan bahkan sampai di ketinggian beberapa puluh meter mereka harus bekerja.

Dengan resiko terjatuh, yang akibatnya adalah cacat seumur hidup atau meninggal. Namun, semua itu dilakukan oleh para pekerja tersebut, bahkan banyak yang datang dari pelosok-pelosok daerah, demi memperoleh upah uang. Bahkan yang lebih kacau lagi ialah yang sering terlihat pada saat shalat Jumat, kita akan masih banyak melihat angkot-angkot yang berkeliaran di jalan raya, meskipun sopirnya adalah seorang muslim, demi memperoleh uang.

Sekarang coba kita pikirkan, untuk apa uang yang dikumpulkan oleh manusia tersebut? Jawabnya simpel, untuk hidup, untuk kebahagiaan hidup. Digunakan untuk makan, beli rumah, beli kendaraan, menyekolahkan anak, dan lain sebagainya. Tapi, coba kita pikir lagi. Berapa lama kita akan hidup?


http://spectrum.ieee.org/img/0831_gold_630x420-1358881868486.jpg

Menurut satu riwayat umur umat Nabi Muhammad tidak akan jauh dari umur Nabi Muhammad. Yaitu 63 tahun. Apakah setelah kehidupan semua urusan selesai? Tidak. Karena ada alam kubur yang harus kita berdiam disana, hingga tiba hari kiamat. Menurut Imam al-Ghazali alam kubur ini lamanya hingga 7000 tahun, yang jauh lebih lama daripada waktu hidup kita di dunia.

Belum selesai sampai disini. Setelah alam kubur, seluruh manusia dikumpulkan di padang mahsyar, suatu daerah yang datar berwarna putih, tidak ada lembah dan bukit disana. Semua manusia dikumpulkan dalam keadaan telanjang.

Dari Aisyah r.a. Saya mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda: "Dikumpulkanlah semua manusia di padang mahsyar pada hari kiamat dengan telanjang kaki, telanjang tubuh dan tidak berkhitan kemaluannya." Saya bertanya: "Ya Rasulullah, kalau begitu kaum wanita dan kaum lelaki semuanya dapat melihat antara yang sebahagian dengan sebahagian yang lainnya." Beliau s.a.w. menjawab: "Hai Aisyah, peristiwa pada hari itu lebih sangat
(dahsyat) untuk menjadi perhatian mereka daripada memerhatikan orang lain."
Dalam riwayat lain disebutkan: "Peristiwa pada hari itu lebih penting untuk diperhatikan oleh setiap orang-daripada yang sebahagian melihat kepada sebahagian yang lain."
(Muttafaq 'alaih)


Setelah padang mahsyar apakah selesai urusan manusia? Ternyata belum selesai. Tiap-tiap orang menunggu dengan harap-harap cemas apakah mereka menerima catatan amalnya dari sebelah kanan atau sebelah kirinya. Apabila menerima catatan amalnya dari sebelah kanan, ia masuk surga. Apabila menerima catatan amalnya dari sebelah kirinya, ia masuk neraka. Berapa lama manusia di surga atau neraka? Mereka kekal di dalamnya. Sampai sinilah kehidupan manusia.



http://www.yadain.net/wp-content//2012/07/Maut-Ne-Chupkay-Se-Na-Janay-Kya-Kaha-650x465.jpg

Sehingga, tatkala kita memahami dengan baik hal ini, hal hari akhir ini, maka tidak mungkin kita mengorbankan seluruh hidup kita hanya untuk memperoleh uang, uang, dan uang. Tidak mungkin sopir angkot tadi rela menukarkan masa akhiratnya dengan hanya sekitar 50.000 karena tidak menghadiri shalat Jumat.

Tidak mungkin pula ada koruptor-koruptor yang rela memperoleh uang dengan cara yang haram. Karena yang ditanyakan di padang mahsyar bukan berapa banyak uang yang Anda kumpulkan. Tapi yang pertama ditanyakan kelak, "shalat atau tidak?", Jika tidak shalat maka langsung ke neraka.

Terus kalau begitu apakah kita tidak perlu mencari kebahagiaan dunia? Apakah bisa kita memperoleh kebahagian dari dunia, alam kubur, padang mahsyar, dan surga? Tentu saja bisa. Untuk itulah Islam diturunkan kepada umat manusia sebagai solusi atas permasalahan kehidupan mereka dan setelah kehidupan mereka.

Kita pun telah diajarkan doanya, "Rabbana aatinaa fiddunya hasanah, wa fil aakhirati hasanah, wakinaa azabannar." Itu adalah doanya. Lantas bagaimana caranya, apa amal yang harus kita lakukan?

Kuncinya ada di tiga hal. Yang pertama pahami bahwa "hidup adalah pilihan". Pilihan ibarat ketika kita sendirian di suatu tanah lapang, tak ada yang mampu mengendalikan arah berjalan kita kecuali diri kita sendiri. Kita mau berbelok ke kanan atau ke kiri, itu terserah pada kita. Karena itu urusan kita. Sehingga orang lain tidak akan pernah bertanggung jawab terhadap apa yang kita pilih. Hidup kita adalah pilihan kita. Karena itu, hidup kita yang sekarang adalah hasil pilihan kita kemarin.



http://ablebrains.typepad.com/.a/6a00d8341ca86d53ef01348250eaa2970c-800wi

Contoh, kalau ada orang yang mampu membaca al Qur'an dengan baik, tentu kita dapat menyimpulkan bahwa dulunya ia pernah memilih belajar membaca al Qur'an. Jika kita melihat ada orang yang mampu naik sepeda, maka kita bisa tahu bahwa dulunya ia pernah memilih untuk belajar naik sepeda. Sebab tidak mungkin ia bisa naik sepeda tanpa pernah memilih untuk belajar naik sepeda.

Sehingga, kita dapat simpulkan bahwa diri kita pada saat ini merupakan hasil dari pilihan-pilihan yang kita buat di masa kemarin. Dan diri kita di masa depan ditentukan oleh diri kita di masa kini. Sederhana sekali.

Bisa kita umpamakan, jika subuh tadi kita tidak sempat sahur, tentu sekarang kita akan merasa sangat lemas. Namun, karena subuh tadi kita menyempatkan untuk sahur meski dengan terkantuk-kantuk, maka sekarang kita tidak lemas. Sehingga, jika kita ingin berpuasa pada esok hari namun tidak merasa lemas, maka bersahurlah.

Jika kita ingin selamat di alam kubur, maka perbaikilah amal sholeh. Jika kita ingin masuk surga abadi di dalamnya, maka pelajarilah al Qur'an dan sunnah, dan amalkan sebaik mungkin, karena begitu yang diajarkan oleh Rasulullah, orang yang pasti masuk surga.

Yang kedua, pahami dan yakini bahwa "setiap pilihan pasti mempunyai resiko". Memilih untuk menjadi orang jahat, maka resikonya adalah dibenci oleh orang yang baik. Memilih untuk menjadi orang baik, resikonya ialah dibenci oleh orang jahat. Memilih untuk menjadi muslim, maka resikonya adalah harus shalat 5 waktu sehari semalam, berpuasa di bulan Ramadhan, dan menjalankan seluruh syariat Islam yang ditetapkan Allah melalui Rasulnya. Menjadi orang non-muslim maka resikonya ialah masuk neraka. Sesimpel itu.


http://www.jkpod.com/wp-content/uploads/2013/06/risk-and-reward.jpg

Yang ketiga ialah, "jangan menunda, just do it". Ketika Anda telah menentukan satu pilihan, maka lakukanlah sesegera mungkin yang Anda bisa. Mengapa? Karena waktu Anda tidak banyak. Anda dibatasi oleh yang namanya ajal. Dan repotnya lagi, ajal ini jika akan datang tidak memberi kabar terlebih dahulu. Dia datang pada saat kapanpun. Tidak perduli umur kita berapa.

Bayangkan jika kita telat untuk mengambil pilihan, sementara ajal sudah di depan mata kita. Apakah kita mau wafat dalam kondisi dikenal sebagai seorang yang malas? Apakah mau kita wafat dalam kondisi orang lain sedang membenci kita? Apakah mau kita wafat dalam kondisi shalat kita masih bolong-bolong? Apakah mau kita wafat sementara kita belum menutup aurat dengan sempurna?

Maka ketika muncul keinginan untuk berubah, ingatlah selalu bahwa kita akan bertemu ajal, ingatlah selalu pertanyaan-pertanyaan tadi. Bagi orang yang beriman, mengingat mati itu sudah cukup untuk membuat dia khusyu'. Apakah yang dimaksud dengan orang khusyu'? "Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu', (yaitu) orang-orang yang meyakini, bahwa mereka akan menemui Tuhannya, dan bahwa mereka akan kembali kepada-Nya." (al Baqarah: 45-46). Itulah khusyu', dan orang yang khusyu' tidak akan mengalami masalah dalam kehidupannya, insyaAllah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

be responsible with your comment....