Sabtu, 27 Juli 2013

Just Do It

Berat sekali rasanya untuk menulis malam ini. Tapi tetap harus saya paksakan. Karena memang sudah menjadi komitmen saya untuk menghidupkan lagi blog ini setelah sekian lama tak diisi oleh tulisan-tulisan baru.

Malam ini saya hendak menceritakan satu hal yang sebenarnya sudah sama-sama kita tahu, bahwa hal ini yang menentukan segala sesuatu yang kita kerjakan. Hal ini pula yang menentukan seberapa serius niat di dalam hati kita. Hal itu kita sebut "Proses" (jeng jeng jeng ...)

http://inovision.net/wp-content/uploads/2013/03/process.jpg

Bagi kita yang sudah belajar sedemikan lamanya di atas bangku dan kursi sekolah, tentu sudah tidak asing dengan peran suatu "proses". Apalagi yang bergelut dalam dunia sains dan teknologi, proses merupakan perantara untuk merubah kondisi dari input (masukan) menjadi output (keluaran). Bahkan dalam hal memasak di dapur pun, proses harus tetap terjadi, sekalipun itu hanya memasak air, biar mateng. Ada proses disitu, yakni proses mentransfer kalor dari kompor kepada air yang ada di dalam panci atau ketel. Sehingga merubah input air yang tidak matang bertemperatur ruang mungkin, menjadi air matang bertemperatur 100 derajat celcius.

Sehingga yakinlah kita bahwa proses tidak dapat dilepaskan dari seluruh aspek kehidupan kita di dunia. Dalam menjelaskan seluruh fenomena alam pun, ada aktor kunci, yaitu proses itu sendiri. Menjelaskan bagaimana terbentuknya pegunungan, menjelaskan bagaimana terbentuknya hujan, menjelaskan bagaimana terbentuknya hempasan ombak di pantai, hingga menjelaskan bagaimana dunia dari awalnya suatu yang padu menjadi terekspansi sedemikian rupa seperti sekarang. Semua itu butuh proses.

Dengan memahami bahwa proses itu adalah suatu keniscayaan untuk menghasilkan output, maka seharusnya kita menjadi orang yang selalu bergairah untuk menempuh proses yang mengantarkan kita dari modal input yang kita punyai, menuju output yang kita cita-citakan. Tentunya, dengan menempuh resep proses yang tepat. Karena tidak mungkin sepanci air akan mendidih apabila kita meletakkannya di dalam freezer.

Saya mau menceritakan sedikit pengalaman saya mengenai 'proses'. Begini ceritanya. Beberapa tahun lalu saya menjabat sebagai kepala di salah satu divisi di unit kegiatan mahasiswa di kampus saya, yang fokus pada kegiatan kajian dan penelitian. Divisi tersebut bertanggung jawab terhadap tersampaikannya hasil kajian dan penelitian kepada pihak luar, dalam bentuk tulisan dan multimedia, cetak dan elektronik.

Namun ternyata, akibat dari manajemen waktu dan sumber daya manusia yang kurang tepat, muncullah berbagai kendala yang berpotensi menggagalkan seluruh rencana kegiatan di dalam divisi tersebut. Mulai dari terlambatnya tulisan artikel masuk untuk dipublikasikan, hingga tidak siapnya tulisan artikel untuk dipublikasikan.

Kondisi seperti ini membuat saya berinisiatif mengambil tindakan dengan maksud untuk menstabilkan penerbitan publikasi, yaitu dengan mengambil tulisan dari berbagai sumber, untuk kemudian dipublikasikan, sekalipun itu belum pernah dibahas dalam kajian dan penelitian di unit tersebut.

Harapannya kejadian ini hanya terjadi sekali, dan kemudian ada perbaikan. Namun, karena penanganan manajemen yang belum memadai, maka kondisi seperti ini terus berlanjut. Padahal, cita-cita awal dari dibentuknya unit dan divisi ini, ialah untuk menghasilkan tulisan-tulisan hasil kajian dan penelitian yang berkualitas, untuk dapat dipublikasikan, dengan modal berupa data dan pemahaman teori yang memadai dari tim pengkaji di unit tersebut.

Maka menjadi wajar, input yang ada (data dan teori) yang tidak bertemu dengan proses yang tepat (manajemen, pengkajian, dan penulisan), tentu saja tidak akan menghasilkan suatu publikasi yang berkualitas dan dapat dipertanggungjawabkan secara langsung oleh publishernya.

Satu cerita lagi, tentang kegagalan proses. Ini juga pengalaman pribadi. Yang berkaitan dengan blog ini. Pada awalnya blog ini dibuat untuk menyalurkan minat dan cita-cita saya untuk menjadi penulis yang berkualitas. Jadi, blog ini ibarat tempat berlatih menulis sebelum memfokuskan diri menulis hal-hal yang lebih spesifik.


Sederhananya, saya punya modal. Yaitu minat dan fasilitas komputer dan internet untuk menyusun dan memposting tulisan, tulisan apapun yang tujuannya untuk melatih keterampilan menulis. Namun, sayangnya lagi, kesalahan yang terbesar ialah: tidak menjalani proses.

Sekian lama blog ini terdiam dalam mati surinya, tidak memperoleh asupan tulisan. Alasan yang selalu muncul di kepala saya ialah "tidak punya ide mau tulis apa", "tidak sempat", "bingung memilih susunan kata". Padahal, satu metode, dan satu-satunya mungkin, untuk belajar menulis ialah: tuliskan! Tidak perduli ide apa ataupun pilihan kata apa.

Karena itu adalah proses latihan, dari tidak bisa menjadi bisa. Dari bisa tapi kurang rapi, menjadi lebih rapi, dan makin rapi. Itulah proses dalam latihan dan membangun keahlian. Maka, bagi Anda yang juga memiliki minat dan cita-cita yang sama, perlu Anda pahami bahwa seorang ahli tidak dilahirkan secara instan, semuanya butuh proses.

Tidak mungkin Andrea Hirata menuliskan novel Laskar Pelangi pada pengalaman pertamanya menulis. Begitupun Ronaldinho tidak mungkin membuat Nesta dan Gatusso pontang-panting jika ia tidak pernah latihan. Sudah menjadi pemahaman umum, bahkan bisa jadi suatu aksioma yang tidak perlu dibahas lagi kebenarannya, terkecuali jika berhadapan dengan contoh mukjizat yang terjadi pada para Rasul yang diutus-Nya.

Jalanilah proses yang tepat dan pada proses tersebutlah Anda beramal. Pada proses tersebut Anda dinilai oleh Allah azza wa jalla. Mengenai output, apakah tulisan Anda menjadi bestseller atau tidak, silakan serahkan sepenuhnya pada Allah, selama kita telah bersungguh-sungguh menempuh proses yang tepat. Sebagaimana seorang mujtahid yang berusaha bersungguh-sungguh menggali hukum syara' dari hukum-hukum dasar. Dan tentu saja berbeda amalnya dengan orang yang mencukupkan dirinya dengan hanya bertaklid.

Akhirnya saya simpulkan, dalam menjalani proses ada beberapa hal yang harus diperhatikan:

1. Pahami input (potensi dan modal yang Anda miliki);
2. Cari tahu proses apa yang tepat untuk input yang ada dan output yang diharapkan;
3. Just do it! Lakukan sesuai dengan cara yang tepat dari nomor 2, dan selebihnya bertawakkallah.

Dengan mengadopsi teori habits dari Ust. Felix Siauw, menurut beliau, habits adalah hasil daripada pengulangan suatu aktivitas dalam jangka waktu tertentu. Sehingga, semakin banyak satu aktivitas diulang dalam jangka waktu yang lama, maka habits akan semakin kuat. Selama ada 2 faktor, yaitu practice (latihan) dan repetition (pengulangan). Practice makes right, repetition makes perfect. And just do it.


Beramallah sesuai dengan sunnah & berlaku imbanglah, & ketahuilah bahwa salah seorang tak akan masuk surga karena amalannya, sesungguhnya amalan yang dicintai oleh Allah adalah yang terus menerus walaupun sedikit. [HR. Bukhari No.5983]
http://shefoni.com/wp-content/uploads/2013/05/Nike-Just-Do-it-HD-Wallpaper.jpg

2 komentar:

  1. Membaca paragraf2 awal tentang proses buat saya jadi bertanya, apakah makhluk hidup di bumi ini juga mengalami proses yang sama? Evolusi?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sejauh yang saya pelajari, bukti dan data yang ditemukan di alam memang mendukung terhadap teori evolusi. Sehingga, penjelasaan tentang perkembangan makhluk hidup di bumi - hingga saat ini - paling mudah dipahami jika kita menggunakan kerangka teori evolusi.

      Hapus

be responsible with your comment....