Penamaan Formasi
Sangkarewang pertama diperkenalkan oleh SIlitonga dan Kastowo pada tahun 1975
dan diresmikan oleh Koesoemadinata dan Matasak pada tahun 1981.
Litologi
Sangkarewang merupakan formasi pembawa bitumen padat, terdiri dari serpih
yang berselang seling dengan batulanau dan batupasir berbutir halus sampai
kasar.
- Serpih berwarna abu-abu tua kehitam-hitaman sampai kecoklat-coklatan, karbonan, kadang-kadang dijumpai sisipan tipis atau pita-pita batubara, mengandung material karbonan, mika pirit, dan sisa tanaman.
- Batulanau berwarna abu-abu sampai abu-abu tua, keras.
- Batupasir berwarna abu-abu muda, berbutir halus sampai kasar, kadang-kadang konglomeratan sampai breksian, komponennya terdiri dari kuarsa dan feldpar, sub angular sampai sub rounded, di beberapa tempat membentuk “graded bedding”, struktur sedimen yang terlihat adalah “parallel lamination”, “cross bedding”, “convolute” dan “load cast”.
Perbandingan
antara serpih dan batupasir di daerah Kumbayau sampai Sungai Sangkarewang
hampir seimbang, di bagian atas batupasir lebih dominan kebagian bawah
batupasirnya makin kurang. Formasi Sangkarewang dibagian selatan yaitu daerah
Sapan sampai Sungai Sumpahan didominasi oleh serpih, sedangkan batupasir halus
yang hadir hanya sebagai sisipan saja, selain itu terdapat rekahan-rekahan yang
diisi oleh kalsit.
Formasi Sangkarewang
diendapkan secara tidak selaras di atas batuan Pra-Tersier, menjari dengan
Formasi Brani dan bagian atas Formasi Sangkarewang menjari dengan Formasi Sawahlunto.
Formasi ini dikenal karena keterdapatan fosil ikan air tawar. Menurut
Koesoemadinata dan Matasak, Formasi Sangkarewang berumur Paleosen sampai Eosen.
(Koesoemadinata dan Matasak, 1981). Namun menurut
P.H. Silitonga dan Kastowo Formasi Brani dan Sangkarewang berumur
Eosen-Oligosen. (Amarullah, 2007).
Stratigrafi
Cekungan Ombilin (Amarullah, 2007)
Umur dan Kandungan Fosil
Formasi Sangkarewang mengandung banyak sekali fosil fauna,
termasuk ikan air tawar, yang menarik bagi para ahli geologi dan paleontology
sejak abad ke-19 (Gunther, 1876 dan Musper, 1935, dalam Koning 1985). Fosil
ikan air tawar tersebut ialah Musperia Radiata
(Herr) dan Scleropagus (Koesoemadinata dan Matasak,
1981). Selain itu ditemukan pula fosil tulang burung Protoplotus beauforti, yang sangat berguna dalam interpretasi
lingkungan purba, karena merupakan representasi bukti tertua dari kerabat snake bird atau darter (sejenis pelikan) yang pada masa kini hidup di lingkungan
tropis basah (Rich dan Marino – Hadiwardoyo, 1977, dalam Koning 1985). Dengan
analisis palinologi, diperoleh indikasi bahwa Formasi Sangkarewang kemungkinan
berumur Eosen atau pra-Eosen (kelimpahan Verrucatosporites,
Monocolpites, dan kehadiran Echitriporites
trianguliforms, Ephedripites) – (JICA, 1979, dalam Koesoemadinata dan
Matasak, 1981).
Lingkungan Pengendapan
Formasi Sangkarewang merupakan endapan lacustrine. Ini
diindikasikan oleh hubungan menjari Formasi Sangkarewang dengan Formasi Brani,
yang merupakan endapan alluvial fan; struktur laminasi tipis; dan keberadaan
fosil air tawar. Perselingan batupasir merupakan endapan turbidit ketika
sedimen memasuki danau. Dan keberadaan struktur slump menunjukkan terjalnya lereng di dekat tepi danau.
Aspek Tektonik
Pengendapan Formasi Sangkarewang dan Formasi Brani, yang
ekivalen secara lateral, terjadi di cekungan yang mengalami pull-apart. Hal ini diyakini bahwa
sejarah awal geologi Cekungan Ombilin merupakan urutan kejadian yang sama
dengan membukanya system graben di Sumatera Tengah, Selatan, dan Utara.
Cekungan Ombilin awalnya merupakan salah satu dari rangkaian sesar pembatas
graben, atau half-graben tersebut, dalam satu sistem extensional rift.
Kecepatan pengendapan di Cekungan Ombilin hampir seimbang dengan kecepatan
penurunan (subsidence) dasar
cekungan, dan Formasi Sangkarewang menunjukkan indikasi ini. Terlihat dari
adanya akumulasi sedimen homogeny yang tebal, di sumur eksplorasi Sinamar No.1.
Dan suplai sedimen serta drainase cekungan juga terbentuk sedemikian rupa
sehingga cekungan tidak menjadi rawa-rawa yang terisolasi.
Referensi:
Koning,
T.. 1985. Petroleum
Geology of The Ombilin Intermontane Basin, West Sumatra. Proceedings Indonesian Petroleum Association, 14th Annual
Convention, October, 1985, p.117-137
Koesoemadinata, R.P. dan Matasak, Th.. 1981. Stratigraphy and Sedimentation Ombilin Basin Central Sumatra (West
Sumatra Province). Proceedings Indonesian
Petroleum Association, 10th Annual Convention, May, 1981,
p.217-249
Fletcher dkk..
1993. Ombilin Basin Field Guide Book,
Post Convention Field Trip, Indonesian Petroleum Association.
Amarullah, Deddy. 2007. Potensi Kandungan
Minyak dalam Endapan Bitumen Padat Daerah Talawi, Kota Sawah Lunto, Provinsi
Sumatera Barat. Proceeding
Pemaparan Hasil Kegiatan Lapangan dan Non Lapangan. Pusat Sumber Daya
Geologi.
nice gan
BalasHapus