Saya berpikir, bahwa adanya fenomena pengklasifikasian
manusia ke dalam golongan/kingdom yang sama dengan hewan itu karena
ketidaktahuan. Ketidak tahuan manusia akan asal diri mereka dari mana. Mungkin
sekilas dulu saya jelaskan bahwa ada tiga pertanyaan dasar manusia, yang pasti
akan muncul dalam benak manusia yang sudah mampu berpikir, cepat atau lambat
pertanyaan ini akan menghampiri pikirannya. Yaitu:
- Dari mana aku berasal?
- Untuk apa aku ada?
- Akan kemana setelah kehidupan ini?
Inilah pertanyaan mendasar yang akan menentukan arah
langkah kehidupan manusia di dunia. Bagi seorang muslim tentu sudah mendapati
jawaban pertanyaan tersebut semenjak kecil bahkan sejak masih baru belajar
mengaji al qur’an. Kita diciptakan oleh Allah, kita dicipatakan untuk beribadah
kepada Allah dan setelah mati akan masuk neraka atau surga, tergantung pada
amal kita lebih banyak yang mana. Bagi kita jawaban-jawaban itu terasa sangat
ringan dan sangat sederhana. Namun berbeda bagi para ilmuwan yang memang tidak
dibekali oleh dasar aqidah sebagaimana yang kita imani, mereka merasa perlu
untuk mencari tahu jawaban-jawaban atas 3 pertanyaan tadi dengan fakta-fakta di
alam dan teori-teori yang dibangun dari fakta-fakta yang ditemukan tersebut.
Dan salah satu cara untuk menjawab pertanyaan pertama
tersebut ialah dengan meneliti asal mula spesies-spesies. Kenapa sih ada banyak
spesies-spesies makhluk hidup di Bumi? Termasuk Homo sapiens? Ini kemudian dipelajari
secara cermat dan teliti.
Dengan mencari fosil-fosil sisa kehidupan organisme di
masa lampau, yang mencarinya pun tidak bisa dianggap mudah. Jika Anda pernah melihat
bagaimana paleontologist mencari fosil, mereka menggalinya bukan dengan cangkul,
linggis, apalagi alat berat. Tapi alat yang mereka pake itu kuas.
Dikuas pelan-pelan, sampai tanahnya hilang dan fosilnya
tersingkap. Hingga akhirnya bisa diangkat dan dibawa ke laboratorium. Dan
selama perjalanan, fosil ini tidak boleh mengalami goncangan yang berlebihan
karena khawatir akan rusak dan patah. Setelah itu fosil tersebut dianalisis
untuk mengetahui umurnya.
Saat ini sudah umum digunakan metode perhitungan umur
fosil dengan menggunakan isotop karbon. Dengan sifat umur paruh bisa diketahui
umur dari fosil yang sudah membatu tersebut, dan diketahui kapan organisme itu
hidup. Begitu seterusnya, fosil lain dicari dan dipetakan umurnya sehingga
terlihat persebaran organisme mana yang hidup 500 juta tahun yang lalu, mana
yang hidup 1 juta tahun yang lalu, mana yang hidup 10000 tahun yang lalu, dan
mana yang masih ada keturunannya sampai sekarang.
Semuanya diplot dan memang terlihat bahwa ada yang
namanya perubahan anatomi dan fisiologi. Sebagai contoh adalah perubahan
spesies foraminifera. Pada gambar terlihat bagaimana pada masa sekian juta
tahun yang lalu pernah hidup satu spesies sampai punahnya beberapa juta tahun
kemudian.
Diagram evolusi spesies formanifera pada kala Kapur Akhir (Upper Cretaceous) pada 99,6 juta tahun yang lalu hingga 66,5 juta tahun yang lalu. |
Selanjutnya berkembang spesies lain yang berbeda dengan
yang sudah punah sebelumnya, hingga punahnya. Kemudian ada lagi spesies baru,
dan punah. Begitu seterusnya. Semua skema ini didasari oleh fakta-fakta berupa
sisa peninggalan makhluk hidup tersebut. Jadi sekali lagi yang dilakukan oleh
paleontologis itu hanya memetakan spesies berdasarkan umurnya.
Tapi, para ilmuwan tidak melihat secara langsung proses
perubahannya. Apakah memang spesies yang lebih muda itu adalah anak keturunan
dari spesies yang lebih dulu punah? Wallahu a’lam. Tapi, yang pasti fakta bahwa
pada umur tertentu ada spesies yang berkembang dan ada yang punah, itu tidak
bisa dibantah.
Karena itu fakta yang jelas-jelas bisa diindera,
setidaknya dari peninggalan sisa kehidupannya berupa fosil. Dalam sudut pandang
ilmu pengetahuan yang berusaha mengenyampingkan peran “Tuhan” mereka pasti akan
memilih penjelasan yang paling logis terhadap perubahan spesies-spesies
tersebut.
Maka muncullah berbagai macam penjelasan. Ada yang bilang
bahwa dulunya ada beberapa spesies, kemudian spesies yang lebih bisa survive
lah yang umurnya lebih panjang atau dikenal dengan survival to the fittest. Ada
juga yang bilang bahwa spesies yang ada menyesuaikan terhadap kondisi alam
dengan mengubah anatomi dan fisiologinya.
Yang bisa mengikuti perubahan kondisi alam lah yang
bertahan, atau disebut dengan natural selection. Nah penjelasan-penjelasan
mekanisme yang banyak itu terkait perubahan spesies-spesies itulah yang disebut
sebagai Teori Evolusi. Jadi teori evolusi itu adalah penjelasannya. Sementara
fosil-fosil itu adalah faktanya. Fakta adalah kebenaran. Sementara penjelasan
adalah suatu teori ilmiah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
be responsible with your comment....