Sebelum kita
membahas topik ini lebih jauh lagi saya akan memberikan data dan fakta berikut:
- 158 kepala daerah tersangkut korupsi sepanjang 2004-2011
- 42 anggota DPR terseret korupsi pada kurun waktu 2008-2011
- 30 anggota DPR periode 1999-2004 terlibat kasus suap pemilihan DGS BI
- Kasus korupsi terjadi diberbagai lembaga seperti KPU,KY, KPPU, Ditjen Pajak, BI, dan BKPM
Sumber :
Litbang Kompas
Kini setelah
membaca fakta diatas, apa yang ada dipikran anda? Pendidikan karakter, sekarang
ini mutlak diperlukan bukan hanya di sekolah saja, tapi dirumah dan di
lingkungan sosial. Bahkan sekarang ini peserta pendidikan karakter bukan lagi
anak usia dini hingga remaja, tetapi juga usia dewasa. Mutlak perlu untuk
kelangsungan hidup Bangsa ini.
Dengan
melihat data-data di atas, ditambah dengan fakta yang teramati di lapangan,
kita semakin yakin bahwa bangsa kita sangat jauh dari dari sukses dalam
pembinaan karakter. Atau bisa dibilang proses pendidikan karakternya tidak
mencapai tujuan sebagaimana yang dicita-citakan oleh pemerintah.
Dalam
lingkup KM-ITB, di dalam Rancangan Umum Kaderisasi-nya dinyatakan bahwa proses
pendidikan seharusnya memperkaya pemahaman, inspiratif, dan membangun karakter.
Bahkan seorang alumni mahasiswa ITB diharapkan mencapai kondisi sadar akan
kewajiban memahami realitas bangsa. Menjadi insan terpelajar, insan pendidikan,
intelektual, dan cendekiawan dalam sebuah masyarakat. Memiliki daya kritis,
objektif, dan multi-disiplin. Mampu menerjemahkan realitas berdasarkan paradigma
yang benar. Memiliki kemampuan untuk menerjemahkan realitas dengan kritis dan
objektif. Serta memahami potensi kehidupan dalam tatanan hidup bernegara.
Sungguh
suatu cita-cita yang sangat mulia. Bagaimanakah cara mencapai
parameter-parameter tersebut? Apakah mungkin?
Pembentukan
pribadi islami
Dengan tegas
saya katakan, mungkin! Islam memberikan suatu solusi yang tepat, praktis,
sistematis, dan sistemis. Namun sebelumnya kita harus memahami terlebih dahulu
terkait manusia, hakikat manusia.
Manusia
semenjak lahir di dunia dibekali dengan 3 potensi kehidupan, yang membuat
manusia tetap bisa bertahan hingga saat ini, membuat manusia terus berkembang
dari masa ke masa. Yaitu: (1) kebutuhan jasmani; (2) naluri, termasuk juga
naluri bertahan hidup, seksualitas, dan beragama; dan (3) akal.
3 hal inilah
yang menjadi dasar perbuatan manusia. Seorang lelaki bekerja untuk mencari
penghasilan agar bisa bertahan hidup, memenuhi kebutuhan jasmaninya, serta
untuk menafkahi keluarganya dalam rangka beribadah. Ketiga potensi kehidupan
tersebut dipenuhi oleh seorang manusia berdasarkan standar kebenaran yang
dipahaminya. Misalnya, seorang manusia yang mengambil Islam sebagai standar
kebenaran, akan memenuhi naluri beragamanya dengan meng-Esa-kan Allah SWT,
menegakkan shalat, berpuasa, dan menjalankan semua perintah dan menjauh segala
larangan Allah SWT. Maka dari itu penting adanya suatu standar kebenaran bagi
manusia, atau kita sebut sebagai ideologi.
Keterpahaman
manusia pada ideologi inilah yang akan menghasilkan suatu pola pikir.
Jika Islam sebagai standar kebenarannya, maka ia memiliki pola pikir Islami.
Namun, dalam menghasilkan kepribadian Islami tidak cukup hanya dengan memiliki
pola pikir. Ada satu hal lagi yang harus dimiliki, yakni pola sikap Islami.
Pola sikap Islami adalah kecenderungan dalam diri manusia untuk mengambil suatu
tindakan, yang didasari oleh Islam. Misalnya, seorang wanita yang pola sikap
Islami, akan merasa risih keluar rumah apabila ia tidak mengenakan pakaian yang
syar’I (berkerudung dan berjilbab), dan merasa nyaman jika ia menutup auratnya
dengan sempurna. Pola sikap ini tidak dapat tertanam apabila tidak
dilakukan. Sehingga satu-satunya cara untuk membentuk pola sikap ini yaitu
dengan pembiasaan.
Mahasiswa
ideologis
Harus
dipahami bahwa membentuk karakter dan kepribadian tidak sama dengan memberikan
pengajaran layaknya di kelas. Dalam membentuk pola pikir Islami harus melalui
proses dialog antara pembina dan yang dibina, harus ada interaksi yang
intensif, agar pemahaman tertanam kokoh di dalam diri mahasiswa yang dibina.
Penyampaian materi haruslah disertai dengan argumen-argumen yang kuat,
menyentuh perasaan, serta mengoreksi pemahaman-pemahaman salah yang sudah
dipahami terlebih dahulu oleh mahasiswa yang dibina. Sehingga akan terjadi rekonstruksi
pemahaman yang baru yang kuat, menghujam di dalam sanubari, dan teruji
kebenarannya baik secara rasional maupun ilmiah.
Sementara
penanaman pola sikap Islami dilakukan dengan pembiasaan. Yang mana kebiasaan
ini dapat dihasilkan apabila ada latihan sebagai percobaan permulaan dan
pengulangan hingga menjadi kebiasaan. Pembiasaan dapat dilakukan dengan
aplikasi langsung di dalam kehidupan riil maupun, simulasi-simulasi praktis,
serta dengan memunculkan budaya-budaya kampus yang mendukung terbentuknya pola
sikap yang Islami.
Selain itu,
dengan menyadari besarnya potensi intelektual yang dimiliki oleh mahasiswa ITB,
maka potensi kehidupan ketiga (akal) juga harus dibina. Dengan cara melatih
kemampuan berpikir mahasiswa, menghubungkan antara fakta dan informasi
(termasuk juga ideologi), dan kemudian melakukan analisis dan menghasilkan
kesimpulan terkait fakta yang dihadapi.
Sebagaimana
telah disebutkan di atas, dalam membentuk kepribadian dibutuhkan interaksi yang
intens, pengontrolan yang ketat terkait pemahaman dan aktivitas yang dilakukan
oleh mahasiswa yang dibina. Sehingga, metode mentoring dianggap paling cocok
untuk mengakomodasi tujuan-tujuan kaderisasi ini. Dengan peran mentor yang
bertanggungjawab terhadap mentee-nya, hingga pemahaman dan kebiasaan Islami
terbentuk, maka bisa dikatakan pendidikan karakter dan kepribadian Islam telah
berhasil dilaksanakan.
Alumni
Impian
Konsep kaderisasi seperti ini diharapkan dapat
menciptakan kaderisasi yang benar. Menciptakan mahasiswa yang memiliki ideologi
yang kokoh, memiliki mentalitas juara, dan memiliki inovasi yang cemerlang.
Sehingga alumni yang dihasilkan merupakan alumni yang bervisi besar dan dapat
berkontribusi secara total untuk peradaban Islam di bawah Khilafah Islamiyah,
semata-mata karena mencari ridha Allah SWT.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
be responsible with your comment....