Anda pernah
merasa lapar? Apa yang Anda lakukan untuk menyelesaikan masalah lapar? Apakah
Anda makan? Setelah makan apakah masalah selesai? Pernah merasa mules setelah
makan? Apakah Anda ke kamar kecil ketika mules? Apakah masalah Anda selesai?
Anda masih punya masalah? Anda harus istinja.. dst.
Saya cuma
ingin memastikan bahwa kita pasti akan menghadapi masalah, kapanpun itu. Begitu
selesai masalah satu, akan siap menanti masalah yang lain. Dan begitu juga
dengan orang lain. Mulai dari masalah yang kecil-kecil, sampai masalah yang
kayaknya nggak bakal selesai diurusin tujuh turunan. Mulai dari masalah atap
bocor, ban bocor, ember bocor, sampai dompet bocor. Mulai dari masalah yang
sifatnya materi sampai yang sifat imaterial.
Tapi jangan
khawatir, seperti yang saya bilang tadi, semua orang punya masalah. Jadi kalau
lagi pusing mikirin masalah pribadi, maka yakinlah orang lain pun sama. Dan
normalnya memang begitu. Jadi, dibawa asik aja bro.
Masalah
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia. Sejak zaman
Nabi Adam diturunkan di bumi, manusia selalu diliputi oleh masalah. Dan masalah
inilah menjadi penyebab primer kegalauan. Kalian tau tidak apa yang menjadi
masalah pertama Nabi Adam ketika diturunkan di Bumi? Masalah pertama Nabi Adam
waktu itu ialah bagaimana agar Allah menerima taubatnya. Terus masalah keduanya
apa? Bagaimana agar ia berkumpul kembali dengan istrinya Siti Hawa. Jadi buat
kalian yang belum menemukan tambatan hati, percayalah kalian sebenarnya sama
sekali belum menyelesaikan lebih dari 2 masalah dasar hidup manusia. hehe.
Selama
manusia masih bekerja akal pikirannya, maka dia pasti akan menemukan
masalah-masalah dan yang pasti membutuhkan solusi agar masalah-masalah itu
lepas dari pikirannya. Misalkan saja mahasiswa. Dulu sewaktu ia masih SMA, dia
menemukan dirinya punya banyak masalah. Masalah pelajaran lah, harus masuk pagi
tiap hari, harus ngerjain tugas, harus ikut ulangan harian, nyiapin ujian nasional,
dan tetek bengeknya. Dia kemudian berpikir kalau dia kuliah, mungkin masalahnya
akan berkurang. Dan ternyata yang didapatinya bukan sebaliknya. Masalahnya
ternyata tambah banyak. Ternyata kuliah jauh lebih susah. Tugas makin menumpuk,
ketemu dosen yang killer, belum lagi ujian gak lulus-lulus. Pokoknya
hari-harinya tidak lebih baik dibanding sewaktu dia SMA. Ternyata dia menemukan
masalah-masalah baru. Enak kan, tiap hari ditemenin sama masalah.
Don’t worry,
seperti saya bilang tadi, ente gak sendiri. Semua orang punya masalah. Dan
bahkan masih banyak yang punya masalah yang jauh lebih parah daripada kita-kita
yang mahasiswa ini. Gak percaya? Saya sarankan cobalah sesekali pergi ke pasar,
dan lihatlah bagaimana orang-orang disana berkumpul, saling tawar menawar, ada
yg dikerumuni pembeli, ada yg tidak terlalu ramai, tapi pembeli yang datang
konstan, dan ada juga yg dalam tempo 1 jam syukur-syukur kalau ada yang datang
menanyakan harga.
Begitulah,
masalah tiap orang berbeda-beda, begitu pula level kesulitannya. Maka patutlah
kita bersyukur atas segala kelebihan dan juga kekurangan yang kita miliki,
sambil tidak lupa untuk terus berusaha membantu menyelesaikan permasalahan
orang-orang di sekitar kita, semampu diri kita, sesuai dengan kelebihan kita. Jika
kita sebagai mahasiswa yang kere namun mempunyai kelebihan dalam bidang
intelejensi, maka gunakanlah itu untuk menyelesaikan masalah mereka. “tapi kan, masalah saya sendiri juga belum
beres..?”
Islam yang
teramat indah mengajarkan kepada seluruh umatnya untuk saling membantu
menyelesaikan kesulitan saudaranya sesama muslim.
“Dari Abu
Hurairah Radhiallahuanhu, dari Rasulullah Shallallahu ’Alaihi wasallam
bersabda: Siapa yang membantu menyelesaikan kesulitan seorang mukmin dari
sebuah kesulitan di antara berbagai kesulitan-kesulitan dunia, niscaya Allah
akan memudahkan salah satu kesulitan di antara berbagai kesulitannya pada hari
kiamat. Dan siapa yang memudahkan orang yang sedang kesulitan niscaya akan
Allah mudahkan baginya di dunia dan akhirat dan siapa yang menutupi (aib)
seorang muslim Allah akan tutupkan aibnya di dunia dan akhirat. Allah akan
selalu menolong hambaNya selama hambaNya itu menolong saudaranya. Siapa yang
menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka akan Allah mudahkan baginya jalan ke
surga. Tidaklah sebuah kaum yang berkumpul di salah satu rumah-rumah Allah
(maksudnya masjid, pen) dalam rangka membaca kitab Allah dan mempelajarinya di
antara mereka, melainkan niscaya akan diturunkan kepada mereka ketenangan dan
dilimpahkan kepada mereka rahmat, dan mereka dikelilingi para malaikat serta
Allah sebut-sebut mereka kepada makhluk yang ada di sisiNya. Dan siapa yang
lambat amalnya, hal itu tidak akan dipercepat oleh nasabnya.” (HR. Muslim
No. 2699, At Tirmidzi No. 1425, Abu Daud No. 1455, 4946, Ibnu Majah No. 225,
Ahmad No. 7427, Al Baihaqi No. 1695, 11250, Ibnu ‘Asakir No. 696, Al Baghawi
No. 130, Ibnu Hibban No. 84)
Dan bahkan
dalam sebuah perkataan yang sebagian orang menganggapnya hadits, namun menurut
para ahli hadits termasuk ke dalam derajat dhaif hingga palsu, dinyatakan:
“Barang
siapa yang pada pagi harinya hasrat dunianya lebih besar maka itu tidak ada
apa-apanya di sisi Allah, dan barang siapa yang tidak takut kepada Allah maka
itu tidak ada apa-apanya di sisi Allah, dan barang siapa yang tidak perhatian
dengan urusan kaum muslimin semuanya maka dia bukan golongan mereka.”
Terus,
bagaimana dengan pertanyaan si kawan yang katanya masalah diri sendirinya saja
belum beres? Ya, maka disinilah perlunya prioritas masalah. Lagi-lagi, Islam
yang teramat agung telah memberikan tips n trik yang yahud buat masalah ini.
Kita diberikan 5 skala prioritas yang dapat memudahkan kita mana yang harus
terlebih dahulu kita urusi dan beresi. Skala yang tertinggi itu berlabel wajib,
kemudian sunnah, diikuti mubah, kemudian makruh, dan yang
paling tidak perlu diurusi adalah masalah yang berlabel haram.
Nah, jadi
kalo kalian nemuin masalah, sesuatu yang dianggap masalah, maka hal pertama
yang harus kalian lakukan adalah menempatkan masalah tersebut dalam tabel skala
prioritas yang lima itu. Kalo termasuk ke dalam hal yang wajib, maka harus
segera dilakukan. Jika masuk di skala mubah, maka mungkin bisa ditunda dulu.
Dengan
begini tentu tidak ada lagi kebingungan ketika harus memutuskan apakah harus
gelisah dengan kaus kaki bolong atau mencari solusi untuk anggaran Negara yang
selalu bolong. Atau ketika akan memutuskan apakah harus galau dengan jerawat
yang seakan-akan segede gajah di pucuk hidung, atau galau dengan tubuh umat
Islam yang segede gajah tapi tidak bisa apa-apa.
Terakhir, ketepatan kalian menempatkan setiap masalah dalam skala prioritas ini menunjukkan seberapa tinggi intelejensia kalian. Dan jika kalian sudah mampu menempatkan sendiri setiap masalah pada tempatnya, maka kalian setara dengan para mujtahid, kalian selevel dengan Imam Syafi’I, Imam Hanafi, Imam Malik, dan mujtahid-mujtahid yang lain. Wallahu a’lam bishshawab.