Manusia diciptakan dilengkapi dengan kebutuhan jasmani dan naluri, serta akal yang membuat manusia berbeda dengan spesies-spesies makhluk hidup lainnya. Dan akibat adanya akal, maka Allah memberikan berbagai macam kewajiban, yang akan diganjar dengan pahala bila melakukannya dan diganjar dengan dosa bila meninggalkannya. Dan sebaliknya, ketiadaan akal membuat kewajiban-kewajiban tersebut tidak berlaku.
Akal bekerja dengan bantuan indera untuk menangkap segala informasi, yang kemudian disimpan dalam ingatan. Dengan proses berpikir, informasi-informasi tersebut diramu hingga dihasilkan suatu ide atau pemikiran. Pemikiran inilah yang masih dalam tataran ide yang ideal, lalu kemudian oleh manusia dicoba untuk direalisasikan di dunia nyata dalam kerangka ruang dan waktu. Aktivitas ini disebut sebagai amal.
Namun terkadang, hasil dari amalan tidak seideal ide dalam pikiran manusia. Selalu saja ada hal-hal yang tidak ideal, sebagaimana kerangka ruang dan waktu yang juga tidak seideal yang di dalam pikiran manusia. Sehingga proses-proses yang bersifat kompromistis, mengkompromikan ide yang ideal dengan kondisi alam yang tidak ideal seringkali dilakukan. Hingga sangat sering, hingga menjadi kebiasaan. Hingga manusia menjadi lupa apa kondisi ideal yang harusnya diwujudkan. Maka lahirlah pragmatisme, praktisisme, yang menjadikan kondisi alam sebagai acuan yang tidak mungkin diubah, sehingga yang harus diubah adalah ide. Hingga tidak ada lagi kondisi ideal dalam pikiran manusia. Pada kondisi yag seperti ini, manusia perlu bahkan wajib untuk marah. Karena dengan dipinggirkannya ide yang ideal, akibat kondisi alam yang sangat tidak ideal, itu sama artinya menyepelekan fungsi akal. Inilah kemarahan yang benar. Maka benarlah marahnya seorang pemimpin kepada bawahannya yang tidak bekerja tepat waktu. Benarlah marahnya seorang pengusaha kepada klien bisnisnya yang tidak menepati perjanjian. Benarlah marahnya seorang ibu kepada anaknya yang tidak berbakti. Benarlah marahnya seorang pemuda kepada sahabatnya yang tidak sepaham. Dan benarlah marahnya Nabi pada umatnya yang tidak menjalankan dan mengikuti contoh idealnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
be responsible with your comment....